Liputan6.com, Jakarta - Mengubah cara bercerita tentang bunuh diri diyakini mampu menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini disampaikan Dokter Spesialis Kejiwaan, Albert A. Maramis, dalam Workshop Upaya Pencegahan Bunuh Diri Melalui Pemberitaan Bertanggung Jawab di Media Massa dan Media Sosial pada Rabu, 10 September 2025.
Menurut Albert, media memegang peran penting dalam pencegahan bunuh diri. Bukan hanya sekadar menyampaikan informasi, media juga memiliki tanggung jawab besar untuk mengedukasi dan mengurangi stigma.
"Mencari bantuan itu bukan lemah, bukan kalah, tapi justru tindakan yang berani," ujar Albert.
Dia, menekankan, pemberitaan mengenai bunuh diri harus diarahkan pada edukasi, bukan sensasi. Jika narasi yang digunakan tepat, media bisa mendorong masyarakat untuk berani mencari pertolongan ketika menghadapi krisis mental.
Albert menjelaskan bahwa media memiliki dua fungsi penting, yaitu penyampai informasi sekaligus agen destigmatisasi.
Dengan begitu, berita yang dipublikasikan tidak lagi memicu efek penularan (contagion effect), melainkan menumbuhkan semangat hidup bagi pembacanya.
"Media bukan hanya penyampai informasi, tapi juga punya fungsi edukasi dan destigmatisasi," kata Albert.
Bahasa yang Tepat Bisa Menyelamatkan Nyawa
Dia, menambahkan, media perlu fokus pada pemberitaan yang menekankan pemulihan dan kesejahteraan hidup, bukan menormalisasi bunuh diri sebagai jalan keluar.
Misalnya, alih-alih menulis judul 'Remaja Putus Asa Akhiri Hidup', media bisa memilih sudut pandang lain seperti 'Bagaimana Remaja Mendapat Dukungan Saat Menghadapi Tekanan'.
Menurut Albert, cara ini bukan hanya mengurangi risiko penularan perilaku, tapi juga mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap isu kesehatan mental.
Salah satu poin yang menjadi sorotan adalah penggunaan bahasa. Albert mengingatkan bahwa setiap kata dalam pemberitaan memiliki kekuatan besar, bisa menyelamatkan atau justru melukai.
"Penggunaan bahasa yang tepat dan tidak menstigma itu kunci. Setiap kata bisa menyelamatkan atau melukai," tambahnya.
Oleh sebab itu, media perlu berhati-hati dalam memilih diksi ketika menulis berita terkait bunuh diri.
Narasi yang tepat dapat menjadi pintu masuk bagi masyarakat untuk lebih terbuka terhadap masalah kesehatan mental dan mencari bantuan profesional.
Peran Komunitas dalam Narasi Positif
Albert juga menekankan bahwa perubahan narasi bukan hanya tanggung jawab media, tapi juga komunitas. Dukungan dari teman sebaya, keluarga, hingga lingkungan sosial sangat penting dalam membangun empati.
Komunitas, baik di dunia nyata maupun digital, bisa menciptakan ruang aman bagi individu untuk berbagi pengalaman tanpa rasa takut dihakimi.
Inisiatif seperti kampanye literasi mental di kampus, forum diskusi di media sosial, hingga kegiatan edukasi di sekolah dapat membantu anak muda lebih peka terhadap tanda-tanda krisis.
Dengan membangun narasi positif, masyarakat bisa menumbuhkan harapan sekaligus menurunkan angka bunuh diri.
Albert menekankan pentingnya menciptakan budaya peduli dan empatik di masyarakat. Pemberitaan yang bertanggung jawab di media harus menjadi bagian dari upaya kolektif ini.
"Dengan pendekatan yang tepat, media dapat menjadi garda terdepan yang menciptakan budaya peduli dan empatik," ujarnya.
Ia berharap, perubahan cara bercerita di media massa dan media sosial bisa menjadi langkah konkret dalam upaya menekan angka bunuh diri di Indonesia.
Dengan narasi yang lebih manusiawi, isu kesehatan mental bisa lebih terbuka dibicarakan tanpa stigma.
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.icreativelabs.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) [email protected].