Liputan6.com, Jakarta Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah campak tengah terjadi di Sumenep, Jawa Timur. Hingga 21 Agustus 2025 terdapat 2.035 orang suspek campak (mayoritas balita) dan 17 diantaranya meninggal dunia.
Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak (morbillivirus). Jika dilihat sekilas bentuknya mirip dengan virus Corona seperti disampaikan dokter spesialis anak konsultan Profesor Dr dr Hartono Gunardi.
Lebih lanjut, Prof Hartono mengatakan bahwa virus penyebab campak sangat menular. Bila ada satu anak yang terkena campak maka bisa menularkan ke 12-18 anak lainnya.
"Ini sangat menular dibandingkan batuk seratus hari atau pertusis, rubella atau polio," kata Prof Hartono.
Virus campak bisa menular lewat udara (airborne). Pada saat seseorang yang sakit campak batuk atau bersin maka memiliki kecepatan 75 mil per jam.
"Sangat cepat sekali, jadi sangat menularkan ke banyak penduduk," kata Prof Hartono dalam temu media Pekan Imunisasi dunia tahun 2024.
Meski biasanya menyerang anak-anak, orang dewasa juga bisa terkena campak.
Gejala Campak
Saat seseorang terinfeksi campak akan menunjukkan gejala awal diantaranya demam, batuk, pilek. Lalu, radang mata.
Kemudian, 2-4 hari setelah gejala awal akan muncul bintik-bntik kemerahan.
Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa pengobatan tapi jika tidak seera mendapatkan penanganan maka bisa terjadi komplikasi.
Komplikasi Akibat Campak
Prof Hartono mengungkapkan seorang anak bisa mengalami komplikasi dari campak yakni:
1. Pneumonia
2. Diare berat
3. Ensafalitis atau radang otak
4. Kebutaan
5. Infeksi telinga yang bisa mengganggu pendengaran.
"Ada pneumonia dan diare, keduanya itu penyebab kematian pada bayi," kata Prof Hartono.
Komplikasi Campak Bisa Dicegah
Komplikasi dari campak bisa berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian tapi penyakit ini bisa dicegah atau diminimalkan dampaknya dengan imunisasi.
"Apa yang perlu dilakukan? Yang perlu dilakukan adalah pemberian imunisasi," kata Hartono.
Imunisasi adalah suatu proses pembentukan kekebalan tubuh secara aktif terhadap penyakit infeksi melalui pemberian vaksin.
Vaksinasi MMR (campak, gondongan, rubella): Dianjurkan untuk diberikan kepada anak-anak pada usia 9-12 bulan dan booster pada usia 5-6 tahun.
Selain itu, bila ada penderita campak hindari kontak langsung.
Campak di Sumenep
Pemerintahan Provinsi Jawa Timur merilis data per 21 Agustus 2025, kasus suspek campak telah mencapai 2.035 kasus dan 17 orang meninggal dunia di Kabupaten Sumenep. Kasus campak ini tersebar di 26 kecamatan. Penyebaran campak di Sumenep ini bahkan juga sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah mengirimkan 9.825 botol vaksin MR atau Measles and Rubella dari Kementerian Kesehatan ke Dinas Kesehatan Sumenep.
"KLB Campak yang terjadi di Sumenep menjadi perhatian kita bersama. Kami sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Sumenep dan Dinas Kesehatan Jatim serta dengan Kemenkes," pada Jumat, 22 Agustus 2025 seperti mengutip Regional Liputan6.com.
"Dari koordinasi itu alhamdulillah kita sudah kirimkan vaksin MR untuk campak sebanyak 9.825 botol ke Sumenep sebagai Outbreak Response Imunization atau ORI," imbuh Khofifah.
Tak hanya itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur lalu memberikan on the job training (OJT) pembuatan kajian epidemiologi KLB PD3I ke seluruh puskesmas di Kab. Sumenep sebagai upaya penanggulangan.
Selain itu juga digelar pertemuan koordinasi lintas batas Madura Raya dan Surabaya Raya dengan output berupa dokumen kesepakatan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
"Jadi penting juga melibatkan Surabaya Raya untuk mencegah campak ini agar tidak menyebar ke daerah lain. Dan bersamaan dengan pengamanan ini kita juga langsung bergerak cepat memasifkan imunisasi terutama anak-anak," ucap Khofifah.