Kementerian Luar Negeri (Kemlu) masih terus melakukan proses pemulangan WNI dari Nepal buntut kerusuhan yang terjadi di sana. Pada Sabtu (13/9) sebanyak 17 WNI yang dipulangkan dari Nepal tiba di Indonesia.
Total sudah 57 WNI yang dipulangkan dari Nepal dan tiba di Indonesia.
“Kementerian Luar Negeri terus memprioritaskan percepatan dan pendampingan kepulangan WNI yang berada di Nepal. Pada hari Sabtu (13/9), sebanyak 17 WNI telah kembali ke Indonesia dari Kathmandu,” jelas Kemlu dalam keterangan pers, Minggu (14/9).
"Hingga saat ini, sebanyak 57 dari total 78 WNI yang melakukan kunjungan singkat ke Nepal telah kembali ke Indonesia," tambah keterangan itu.
Nepal sempat menutup operasional Bandara Tribhuvan International Airport. Bandara di Kathmandu itu baru kembali melayani penerbangan domestik dan internasional pada Rabu (10/9).
“Sejak pelonggaran pembatasan pergerakan warga kemarin, Tim Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri bersama KBRI Dhaka di Nepal melakukan kunjungan ke sejumlah lokasi konsentrasi WNI, antara lain di Soaltee Hotel, Tibet Hotel, kawasan Thamel, dan kawasan wisata Boudhanath,” ucap Kemlu.
“Seluruh WNI yang berada di Nepal saat krisis politik dipastikan akan kembali ke tanah air secara bertahap dalam empat hari ke depan,” tambahnya.
Kemlu melakukan pemulangan WNI yang datang untuk wisata maupun menghadiri konferensi internasional sejak 11 September 2025. Pemulangan 78 WNI itu dilakukan secara bertahap.
Ditargetkan seluruh WNI tersebut sudah tiba di Indonesia pada 18 September 2025.
WNI Diimbau Tak Berkunjung ke Nepal
Kemlu menilai, kondisi di Nepal kini sudah berangsur pulih. Namun, Kemlu masih mengimbau WNI tidak berkunjung ke Nepal untuk sementara waktu.
“Walaupun situasi semakin stabil, Kementerian Luar Negeri mengimbau WNI yang berencana melakukan perjalanan ke Nepal agar mempertimbangkan untuk menunda keberangkatannya hingga keadaan benar-benar pulih dan aman,” ucap Kemlu.
“Kementerian Luar Negeri juga mengingatkan seluruh WNI yang akan bepergian ke luar negeri untuk selalu memperhatikan kondisi keamanan negara tujuan dan melaporkan diri melalui aplikasi Safe Travel,” tandasnya.
Sebelumnya, Nepal dilanda krisis politik setelah unjuk rasa antikorupsi pada Senin (8/9) berubah ricuh. Massa membakar rumah perdana menteri, kantor kepresidenan, hingga gedung parlemen. Kerusuhan yang berlangsung sepekan itu menewaskan 51 orang dan membuat lebih dari 13 ribu narapidana kabur dari penjara.