
INDUSTRI plastik dan polimer merupakan salah satu sektor strategis dan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Tercatat, kontribusi sektor manufaktur pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada Kuartal II 2025 mencapai 18,67%, naik dari 18,52% (yoy). Sejalan dengan hal itu, konsumsi domestik juga diproyeksikan meningkat lebih dari 7 juta ton pada 2024 menjadi lebih dari 9 juta ton pada 2030.
Untuk itu, Pemerindo Indonesia bersama Himpunan Polimer Indonesia (HPI) meluncurkan Plastic Material & Chemical, sub-show baru yang akan memperkuat riset, pengembangan material, dan perluasan akses pasar bagi industri plastik dan polimer nasional. Peluncuran ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua pihak.
Portfolio Director PT Pamerindo Indonesia Meysia Stephannie menjelaskan sub-show baru itu akan dihadirkan dalam pameran Plastics & Rubber Indonesia 2025 pada November mendatang di Jakarta. Hal ini kian relevan dengan proyeksi ekspor plastik Indonesia yang diperkirakan menembus US$3,1 miliar pada 2028.
“Plastic Material & Chemical membuka ruang kolaboratif untuk mendorong riset, inovasi, dan pasar ekspor industri plastik Indonesia. Dengan dukungan HPI, kami ingin membangun ekosistem yang kompetitif sekaligus berorientasi pada keberlanjutan,” ujar Meysia, di Jakarta, Selasa (9/9).
Dia melanjutkan melalui kolaborasi antara Pamerindo Indonesia dan HPI, sub-show ini juga akan menghadirkan Polymer Innovations Award, sebuah apresiasi bagi invoasi industri sekaligus dorongan menuju praktik industri yang lebih berkelanjutan.
Dengan format baru, jelas Meysia, Plastics & Rubber Indonesia semakin menegaskan posisinya sebagai pameran internasional terbesar di sektor mesin dan pengolahan material plastik dan karet.
“Kami harap kehadiran sub-show ini jadi katalis kemandirian industri nasional, mempercepat adopsi material inovatif ramah lingkungan, serta membuka peluang pasar baru. Lebih dari sekadar menambah bobot pameran, Plastic Material & Chemical diharapkan juga jadi penggerak utama inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan jangka panjang industri plastik Indonesia,” pungkas Meysia.
Koordinator Pengembangan dan Penguatan Organisasi HPI Tita Puspitasari menambahkan peningkatan kebutuhan industri tidak hanya tentang ketersediaan material, melainkan juga harus diimbangi dengan inovasi, efisiensi, dan keberlanjutan.
Menurut Tita, kebutuhan atas material berteknologi maju, mulai dari engineering plastics hingga polimer ramah lingkungan, semakin mendesak seiring perkembangan tren industri hijau. Inovasi dalam menghasilkan material yang lebih ringan, kuat, dan berkelanjutan kini menjadi kunci untuk mendorong daya saing industri.
"Selain itu, teknologi plastic recycling juga menghadirkan peluang strategis dalam membangun circular economy yang efisien dan berorientasi pada keberlanjutan. Melalui kolaborasi ini, inovasi polimer nasional diperkuat agar mampu memberikan kontribusi nyata sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” tutup Tita.(H-2)