Seoul (ANTARA) - Lebih dari 300 pekerja Korea Selatan kembali ke negaranya pada Jumat setelah ditahan selama seminggu oleh otoritas imigrasi Amerika Serikat di Georgia.
Pemulangan pekerja di pabrik baterai mobil listrik tersebut mengakhiri insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya yang membingungkan Seoul dan menimbulkan kebingungan mengenai hubungan dengan sekutunya.
Pesawat sewaan Korean Air yang membawa 316 warga Korea Selatan dan 14 warga negara asing mendarat di Bandara Internasional Incheon, barat Seoul, sekitar pukul 15:23 waktu setempat atau 13:23 WIB.
Para pekerja tersebut diterbangkan sehari setelah dibebaskan dari penahanan menyusul operasi imigrasi pekan lalu di lokasi konstruksi yang dijalankan bersama oleh Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution Ltd. di Bryan.
Mereka dibebaskan dari fasilitas penahanan di Folkston pada Kamis pagi (waktu setempat), setelah Seoul melakukan upaya intensif untuk mengamankan pembebasan dan pemulangan mereka melalui negosiasi dengan Washington.
Penahanan tersebut memicu diplomat tinggi Korea Selatan terbang ke Washington dan bertemu dengan pejabat Trump untuk membahas masalah ini, sementara eksekutif senior Hyundai dan LG juga menuju Georgia untuk mengelola dampak insiden tersebut.
Setelah negosiasi, Seoul dan Washington sepakat untuk membebaskan para pekerja dan mengembalikan mereka ke Korea dengan keberangkatan secara sukarela, bukan deportasi. Seoul berusaha memastikan bahwa penahanan ini tidak berdampak negatif pada perjalanan mereka ke AS di masa depan.
Pembebasan para pekerja sempat tertunda satu hari karena Presiden AS Donald Trump mendorong mereka untuk tetap tinggal di negara tersebut, kata pejabat Seoul, seiring upaya pemerintahannya untuk memperluas kerja sama dengan Seoul guna membangun kembali industri galangan kapal, semikonduktor, dan sektor lainnya di AS.
Seoul menyampaikan para pekerja akan pulang dan dapat merencanakan perjalanan berikutnya ke Amerika Serikat setelahnya.
Di antara warga negara asing yang ikut dalam penerbangan itu, terdapat 10 warga China, tiga warga Jepang, dan satu warga Indonesia. Sebagian besar yang ditahan adalah pria, dengan hanya 10 wanita di antara mereka.
Salah satu warga Korea Selatan yang memiliki keluarga di AS memilih untuk tetap dalam tahanan dan mengambil tindakan hukum.
Penahanan ini menimbulkan gelombang kejut publik dan memicu kemarahan publik di Korea Selatan setelah otoritas imigrasi AS merilis rekaman video yang menunjukkan warga Korea diperiksa, dibelenggu, dan diborgol dengan rantai logam, sebelum dimasukkan ke kendaraan transportasi.
Sebagian besar pekerja menggunakan visa bisnis jangka pendek atau visa rekreasi 90 hari untuk bekerja. Mereka beralasan sistem visa AS saat ini membatasi kemampuan mereka untuk melaksanakan proyek di Amerika dan menyerukan reformasi visa, seperti pembuatan visa kerja baru atau peningkatan kuota visa.
Sumber: Yonhap-OANA
Baca juga: Korsel janjikan dukungan penuh bagi perusahaan AI dan robotika lokal
Baca juga: Presiden Lee sebut perusahaan Korsel akan ragu investasi di AS
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.