Liputan6.com, Jakarta - ITSEC Asia baru saja meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan Qrypt dalam acara ITSEC Cybersecurity Summit 2025 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Adapun kemintraan strategis ini diharapkan dapat mempercepat adopsi quantum-safe security di Indonesia. Adapun penandatanganan ini dilakukan oleh Patrick Dannacher selaku CEO ITSEC Asia dan Kevin Chalker, CEO sekaligus Founder Qrypt.
Patrick menegaskan, kerja sama ini bukan hanya urusan bisnis semata. Menurutnya, kemitraan dengan Qrypt adalah langkah strategis yang diharapkan mampu mengangkat Indonesia ke level baru dalam menghadapi tantangan keamanan siber di era komputasi kuantum.
“Kerja sama kami bersama Qrypt adalah terobosan penting yang bertujuan untuk menempatkan Indonesia di garis terdepan dalam adopsi solusi quantum-safe,” ujarnya.
Langkah ini juga mempertegas komitmen ITSEC Asia dalam memperkuat ketahanan siber nasional. Bertujuan untuk memastikan organisasi, perusahaan, hingga masyarakat luas memiliki perlindungan data yang lebih kokoh dalam menghadapi ancaman teknologi generasi baru.
Ancaman Komputasi Kuantum
Meski menjanjikan lompatan besar di bidang kesehatan, AI, hingga sains material, komputasi kuantum membawa ancaman serius terhadap sistem enkripsi tradisional.
Algoritma seperti RSA dan ECC yang selama ini digunakan di sektor perbankan, kesehatan, hingga pemerintahan, diperkirakan bisa ditembus oleh mesin kuantum jauh lebih kuat dibanding superkomputer saat ini.
Di sinilah teknologi post-quantum cryptography (PQC) berperan. Qrypt hadir dengan solusi seperti Quantum Entropy Appliances, Quantum Entropy-as-a-Service, dan Digital Quantum Key Distribution (DQKD) yang dirancang agar data tetap aman meski diserang komputer kuantum.
Dengan menggandeng Qrypt, ITSEC Asia berharap dapat mempercepat adopsi teknologi “quantum-safe” di Tanah Air sehingga infrastruktur kritis dan miliaran perangkat terhubung tetap terlindungi.
Cybersecurity Terjangkau Jadi Sorotan
ITSEC menegaskan jutaan UKM di Indonesia masih beroperasi tanpa perlindungan memadai. Misi mereka adalah untuk membuat keamanan siber terjangkau dan mudah dipakai.
"UKM kerap terabaikan, padalah mereka tulang punggung ekonomi digital. Kami ingin mendemokratisasi cybersecurity agar bisa dijangkau semua orang," kata Rahsyid Sahputra, Head of R&D ITSEC Asia.
Untuk menjawab kebutuhan itu, ITSEC memperkenalkan aplikasi keamanan mobile buatan Indonesia yang dirancang sederhana, ringan, sekaligus ramah biaya, sehingga bisa diadopsi pelaku usaha dari berbagai skala.
Perkenalkan IntelliBroń untuk UKM
ITSEC juga memperkenalkan IntelliBron, solusi karya anak bangsa untuk deteksi dan respons insiden secara real-time. Paket ini menggabungkan Bellatrix Dashboard (monitoring ancaman) dan Rigel Network Threat Detector (perangkat keras pendeteksi aktivitas mencurigakan.
Didukung teknologi AI dan machine learning, produk ini dapat mendeteksi anomali siber secara real-time serta memberikan notifikasi otomatis untuk langkah mitigasi.
Sistem keamanan ini ditujukan bagi pelaku UKM yang selama ini sering abai dalam keamanan siber karena keterbatasan anggaran maupun tenaga ahli.